Deduksi berasal dari bahasa
Inggris deduction yang berarti penarikan kesimpulan dari keadaan-keadaan yang
umum, menemukan yang khusus dari yang umum, lawannya induksi (Kamus Umum Bahasa
Indonesia hal 273 W.J.S.Poerwadarminta. Balai Pustaka 2006)
Deduksi adalah cara berpikir
dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola
berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan
dan sebuah kesimpulan. (Filsafat Ilmu.hal 48-49 Jujun.S.Suriasumantri Pustaka
Sinar Harapan. 2005)
Metode berpikir deduktif adalah
metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
(www.id.wikipedia.com).
Pada induksi kita berjalan dari
bukti naik ke undang. Pada cara deduksi adalah sebaliknya. Kita berjalan dari
Undang ke bukti. Kalau kita bertemu kecocokan antara undang dan bukti, maka
barulah kita bisa bilang, bahwa undang itu benar.
Kalau kita sudah terima, bahwa semua benda kehilangan berat dalam semua cair, maka kita ambil satu benda dan satu zat cair buat penglaksanaan. Kita ambil sepotong timah, kita timbang beratnya di udara. Kita dapat B gram. Kita masukkan timah tadi ke dalam air. Kita timbang beratnya air yang dipindahkan oleh timah tadi, kita dapati b gram. Menurut undang Archimedes timah tadi mesti kehilangan berat b gram. Jadi ditimbang dalam air, beratnya menurut Archimedes mestinya (B-b) gram. Sekarang kita ambil beratnya dan timbangan timah yang terbenam tadi. Betul kita dapat (B-b) gr. Jadi betul cocok dengan undang Archimedes. Sekarang induction sudah beralasan deduction, kebenaran undang sudah di sokong oleh penglaksanaan. Berulang-ulang kita lakukan pemeriksaan kita dengan benda dan zat cair berlainan dan berulang-ulang kita saksikan kebenaran undangnya Archimedes, pemikir Yunani itu. (Madilog. hal 104. Tan Malaka, Pusat Data Indikator)
Kalau kita sudah terima, bahwa semua benda kehilangan berat dalam semua cair, maka kita ambil satu benda dan satu zat cair buat penglaksanaan. Kita ambil sepotong timah, kita timbang beratnya di udara. Kita dapat B gram. Kita masukkan timah tadi ke dalam air. Kita timbang beratnya air yang dipindahkan oleh timah tadi, kita dapati b gram. Menurut undang Archimedes timah tadi mesti kehilangan berat b gram. Jadi ditimbang dalam air, beratnya menurut Archimedes mestinya (B-b) gram. Sekarang kita ambil beratnya dan timbangan timah yang terbenam tadi. Betul kita dapat (B-b) gr. Jadi betul cocok dengan undang Archimedes. Sekarang induction sudah beralasan deduction, kebenaran undang sudah di sokong oleh penglaksanaan. Berulang-ulang kita lakukan pemeriksaan kita dengan benda dan zat cair berlainan dan berulang-ulang kita saksikan kebenaran undangnya Archimedes, pemikir Yunani itu. (Madilog. hal 104. Tan Malaka, Pusat Data Indikator)
Jenis penalaran deduksi yang
menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu
· Silogisme Kategorial;
· Silogisme Hipotesis;
· Silogisme Alternatif;
·
Entimen.
Keterangan :
·
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Premis umum : Premis Mayor (My)
Premis
khusus : Premis Minor (Mn)
Premis
simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam
simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan
predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam
silogisme kategorial sebagai berikut:
·
Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term
minor, term penengah.
·
Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan
kesimpulan.
·
Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
·
Bila salah satu
premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
·
Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
·
Dari dua premis yang
khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
·
Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
·
Dari premis mayor
khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh silogisme Kategorial:
·
My : Semua
mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
·
My : Tidak ada
manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah
manusia
K : Socrates tidak kekal
·
My : Semua
mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak memiliki
ijazah SLTA
K : Amir bukan mahasiswa
b. Silogisme Hipotesis: Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang
berproposisi konditional hipotesis.
Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden,
simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya
juga menolak konsekuen.
Contoh :
·
My : Jika tidak
ada air, manusia akan kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K :
Jadi, Manusia akan kehausan.
·
My : Jika tidak ada udara, makhluk hidup akan mati.
Mn : Makhluk hidup itu
mati.
K :
Makhluk hidup itu tidak mendapat udara.
c. Silogisme Alternatif : Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa
proposisialternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya
membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh
My :
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn :
Nenek Sumi berada di Bandung.
K :
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
My :
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn :
Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
K :
Jadi, Nenek Sumi berada di Bandung.
d.
Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh entimen:
·
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
·
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima
hadiahnya.
(Sumber : komunikasi-pembangunan.blogspot.com &
sepitri.staff.gunadarma.ac.id)